Kamis, Juli 03, 2008

Aplikasi SIG Dalam Pemetaan Sekolah Di Kabupaten Bangka

Penggunaan Data Spasial Dalam Perencanaan Pendidikan Dalam Wujud Pemetaan Sekolah (SchoolMapping) di Kabupaten Bangka.

1. Pendahuluan

Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade belakangan ini meningkat dengan sangat drastis. Hal ini berkaitan dengan meluasnya pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan perkembangan teknologi dalam memperoleh, merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan (spasial). Teknologi tinggi seperti Global Positioning System (GPS), remote sensing dan total station, telah membuat perekaman data spasial digital relatif lebih cepat dan mudah. Kemampuan penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat, dan kecepatan proses data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi.
Sistem informasi atau data yang berbasiskan keruangan pada saat ini merupakan salah satu elemen yang paling penting, karena berfungsi sebagai pondasi dalam melaksanakan dan mendukung berbagai macam aplikasi. Sebagai contoh yang dapat dibuat dengan dasar SIG adalah Pemetaan Sekolah (School Mapping) di Kabupaten Bangka yang telah dilaksanakan pada tahun 2007. Program ini dimaksudkan untuk pendataan dan pemetaan Sekolah serta potensi wilayah dalam rangka mendukung pencapaian Rencana Strategis untuk Pendidikan di tingkat Kabupaten Bangka. Sejalan dengan hal tersebut Pemda Kabupaten Bangka menganggarkan dana untuk kegiatan
pemetaan melalui APBD tahun 2007.

Sampai tahun 2008 hasil pendataan school mapping belum optimal. Hal ini dilihat dari tingkat ketercapaian pengumpulan data sekitar 74% dari sasaran 256 sekolah hanya diperoleh data 189 sekolah mulai tingkat Dikdas sampai menengah atas dengan kondisi data yang belum lengkap. Hal ini disebabkan cakupan pendataan yang sangat luas dan kurang fokusnya sasaran pendataan schoolmapping.


Makalah ini mencoba menjawab permasalahan pemetaan pendidikan di Kabupaten Bangka dengan bantuan aplikasi SIG agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan lengkap serta informative hasilnya.

Pemetaan sekolah dilakukan dengan tujuan pemetaan penyediaan alat-alat dan fasilitas pendidikan serta menutup sekolah yang tidak efisien dengan menetapkan daerah jangkuan yang sesuai dengan perkembangan komunikasi dan transformasi. Pemetaan sekolah merupakan suatu pendekatan perencanaan pendidikan micro atau regional dengan tujuan penyediaan alat-alat dan fasilitas pendidikan untuk menutup sekolah yang tidak efisien dan membangun sekolah baru yang relevan dengan potensi daerah dengan menetapkan daerah jangkuan yang sesuai dengan perkembangan wilayah di Kabupaten Bangka.

Pemetaan Sekolah merupakan faktor penting dari proses perencanaan pendidikan secara keseluruhan dan karena itu sifatya juga tidak statis melainkan dinamis mengikuti perkembangan pendidikan yang sedang berlangsung.

2. Pengertian Data Spasial

Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir (Rajabidfard dan Williamson, 2000a). Data spasial dan informasi turunannya digunakan untuk menentukan posisi dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi (Radjabidfard 2001). Lebih lanjut lagi Mapping Science Committee (1995) dalam Rajabidfard (2001) menerangkankan mengenai pentingnya peranan posisi lokasi yaitu, (1) pengetahuan mengenai lokasi dari suatu aktifitas memungkinkan hubungannya dengan aktifiktas lain atau elemen lain dalam daerah yang sama atau lokasi yang berdekatan dan (2) Lokasi memungkinkan diperhitungkannya jarak, pembuatan peta, memberikan arahan dalam membuat keputusan spasial yang bersifat kompleks.

Karakteristik utama dari data spasial adalah bagaimana mengumpulkannya dan memeliharanya untuk berbagai kepentingan. Selain itu juga ditujukan sebagai salah satu elemen yang kritis dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonomi secara berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan perkiraan hampir lebih dari 80 % informasi mengenai bumi berhubungan dengan informasi spasial (Wulan 2002).

Perkembangan teknologi yang cepat dalam pengambilan data spasial telah membuat perekaman terhadap data berubah menjadi bentuk digital, selain itu relatif cepat dalam melakukan prosesnya. Salah satunya perkembangan teknologi yang berpengaruh terhadap perekaman data pada saat ini adalah teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan Global Positioning System (GPS).
Rajabidfard dan Wiliamson (2000b), menerangkan bahwa terdapat dua pendorong utama dalam pembangunan data spasial. Pertama adalah pertumbuhan kebutuhan suatu pemerintahan dan dunia bisnis dalam memperbaiki keputusan yang berhubungan dengan keruangan dan meningkatkan efisiensi dengan bantuan data spasial. Faktor pendorong kedua adalah mengoptimalkan anggaran yang ada dengan meningkatkan informasi dan sistem komunikasi secara nyata dengan membangun teknologi informasi spasial. Didorong oleh faktor-faktor tersebut, maka Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka tahun 2007 mengembangkan informasi spasial atau yang lebih dikenal dengan Pemetaan Sekolah (SchoolMapping). Tujuannya adalah membantu pengambilan keputusan berdasarkan kepentingan dan tujuannya masing-masing, terutama yang berkaitan dengan aspek keruangan dalam dunia pendidikan.
3. Sumber Data Spasial

Data spasial dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya adalah :
Citra Satelit, data ini menggunakan satelit sebagai wahananya. Satelit tersebut menggunakan sensor untuk dapat merekam kondisi atau gambaran dari permukaan bumi. Umumnya diaplikasikan dalam kegiatan yang berhubungan dengan pemantauan sumber daya alam di permukaan bumi (bahkan ada beberapa satelit yang sanggup merekam hingga dibawah permukaan bumi), studi perubahan lahan dan lingkungan, dan aplikasi lain yang melibatkan aktifitas manusia di permukaan bumi.
Peta Analog, sebenarnya jenis data ini merupakan versi awal dari data spasial, dimana yang mebedakannya adalah hanya dalam bentuk penyimpanannya saja. Peta analag merupakan bentuk tradisional dari data spasial, dimana data ditampilkan dalam bentuk kertas atau film. Oleh karena itu dengan perkembanganteknologi saat ini peta analog tersebut dapat di scan menjadi format digital untuk kemudian disimpan dalam basis data.
Foto Udara (Aerial Photographs), merupakan salah satu sumber data yang banyak digunakan untuk menghasilkan data spasial selain dari citra satelit. Perbedaannya dengan citra satelit adalah hanya pada wahana dan cakupan wilayahnya. Biasanya foto udara menggunakan pesawat udara. Secara teknis proses pengambilan atau perekaman datanya hampir sama dengan citra satelit.
Data Tabular, data ini berfungsi sebagai atribut bagi data spasial. Data ini umumnya berbentuk tabel. Salah satu contoh data ini yang umumnya digunakan adalah data sensus penduduk, data sosial, data ekonomi, dll. Data tabulan ini kemudian di relasikan dengan data spasial untuk menghasilkan tema data tertentu.
Data Survei (Pengamatan atau pengukuran dilapangan), data ini dihasilkan dari hasil survei atau pengamatan dilapangan. Contohnya adalah pengukuran persil lahan dengan menggunakan metode survei terestris.


4. Model data spasial

Pada pemanfaatannya data spasial yang diolah dengan menggunakan komputer (data spasial digital) menggunakan model sebagai pendekatannya. Economic and Social Comminssion for Asia and the Pasific (1996), mendefinisikan model data sebagai suatu set logika atau aturan dan karakteristik dari suatu data spasial. Model data merupakan representasi hubungan antara dunia nyata dengan data spasial.

Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model data vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, selain itu dalam pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang akan dihasilkan. Model data tersebut merupakan representasi dari obyek-obyek geografi yang terekam sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer. Chang (2002) menjabarkan model data vektor menjadi beberapa bagian lagi (dapat dilihat pada Gambar 1).

5. Model Data Raster

Model data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam bentuk matriks atau piksel dan membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai tertentu dan memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai koordinat yang unik. Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada ukuran piksel atau biasa disebut dengan resolusi. Model data ini biasanya digunakan dalam remote sensing yang berbasiskan citra satelit maupun airborne (pesawat terbang). Selain itu model ini digunakan pula dalam membangun model ketinggian digital (DEM-Digital Elevatin Model) dan model permukaan digital (DTM-Digital Terrain Model).
Terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan model raster, diantaranya adalah :
Memiliki struktur data yang sederhana, bentuk sel matriks dengan nilainya dapat merepresentasikan koordinat dan kadangkala memiliki link dengan tabel atribut. Format yang sangat cocok untuk dapt melakukan analisis statistik dan spasial. Mempunyai kemampuan dalam merepresentasikan data-data yang bersifat continous seperti dalam memodelkan permukaan bumi. Memiliki kemampuan untuk menyimpan titik (point), garis (line), area (polygon), dan permukaan (surface). Memiliki kemampuan dalam melakukan proses tumpang-tindih (overlay) secara lebih cepat pada data yang kompleks.

Selain keuntungan dari model raster, terdapat pula beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menggunakan model data raster dibandingkan dengan data vektor, diantaranya adalah :
Terdapat beberapa keterbatasan masalah akurasi dan presisi data terutama dalam pada saat menentukan ukuran sel/piksel.
Data raster sangat berpotensial dalam menghasilkan ukuran file yang sangat besar. Peningkatan resolusi akan meningkatan ukuran data, hal ini akan berdapak pada penyimpanan data dan kecepatan proses. Hal ini akan sangat bergantung kepada kemampuan hardware yang akan digunakan.

Pemanfaatan model data raster banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, akan tetapi Environmental Systems Research Institute (ESRI), Inc (2006) membagi menjadi empat kategori utama, yaitu :

Raster sebagai peta dasar
Data raster Biasanya digunakan sebagai tampilan latar belakang (background) untuk suatu layer dari obyek yang lain (vektor). Sebagai contoh foto udara ditampilkan sebagai latar dari obyek jalan (lihat Gambar 8). Tiga sumber utama dari peta dasar raster adalah foto udara, citra satelit, dan peta hasil scan.
6. Penggunaan Model Data Vektor dalam Pemetaan Sekolah (School Mapping)

Model data vektor merupakan model data yang paling banyak digunakan, model ini berbasiskan pada titik (points) dengan nilai koordinat (x,y) untuk membangun obyek spasialnya. Obyek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa titik (point), garis (line), dan area (polygon).
Titik (point)
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana pada suatu obyek. Titik tidak mempunyai dimensi tetapi dapat ditampilkan dalam bentuk simbol baik pada peta maupun dalam layar monitor. Contoh : Lokasi Fasilitasi Pendidikan (gedung sekolah, PAUD, Keaksaraan, Kelompok belajar, BLK dll)
Garis (line)
Garis merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan merepresentasikan obyek dalam satu dimensi. Contoh : Jalan, Sungai, dll.
Area (Poligon)
Poligon merupakan representasi obyek dalam dua dimensi.Contoh : Danau, Persil Tanah, dll.

Manfaat dari system ini adalah :
1. Memberikan kemudahan bagi calon siswa yang ingin memilih sekolah yang diminati.
2. Sebagi alat bantu untuk mencari informasi tentang sekolah yang tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Bangka secara lengkap dan jelas, tanpa harus membuang waktu, tenaga dan biaya.
3. Menampilkan nama kecamatan, jalan, sungai, sekolah secara jelas disertai informasi daya tampung sekolah, jurusan keahlian, kurikulum dan personil guru yang ada.
4. berisikan profile lengkap sekolah yang tersebar di berbagai kecamatan di wilayah Kabupaten Bangka sehingga mempermudah dalam hal kebutuhan

7. Kesimpulan
1. Program ini harus diuji terlebih dahulu keabsahannya, apakah aplikasi SIG ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga calon pelajar dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan atau tidak.
2. Program ini dapat dirancang dan dianalisis, yang dapat membantu calon pelajar dalam mencari lokasi, nama, alamat, dan berbagai jenis kegiatan lainnya pada sekolah di Wilayah Kabupaten Bangka
3. Sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara lengkap, cepat dan akurat bagi Dinas Pendidikan dan Instansi lain untuk mengambil kebijakan mengenai pendidikan.


Pustaka Acuan


Chang, Kang -Tsung. Introdcution To Geographic Information Systems. New York: McGraw-Hill, 2002.

Economic and Social Comminssion for Asia and the Pasific. Manual on GIS for Planner and Decision Makers. New York: United Nations, 1996.

Environmental Systems Research Institute (ESRI), Inc. ESRI.Com. 2006. www.esri.com (accessed March 12, 2007).

E. Budiyanto, Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, September 2003.

Gumelar, Dhani. Implemantasi Kelompok Data Dasar dalam Penentuan Kawasan Lindung (Studi Kasus Pembangunan IDSD Provinsi Jawa Barat). Bandung: Tesis Magister, Bidang Geomatika, Program Magister Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung, 2004.


Rajabidfard, Abbas, and I.P. Williamson. "Spatial Data Infrastructures : Concept, SDI Hierarchy and Future Directions." Melbourne, Victoria: Spatial Data Research Group, Department of Geomatics, The University of Melbourne, 2000a.


R. O. Wulandari, ”Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Analisa Penyebaran Tempat Pembuangan Sampah Kota Surabaya dengan GIS-GRASS”, Tugas Akhir, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Elektronika Negeri, Surabaya, 2006.

Wulan. Methodology for Selection of Framework Data : Case Study for NSDI in China. Enschede: Thesis Degree of Master of Science in GeoInformation Management, International Institute fo GeoInformation and Earth Observation (ITC), 2002.

E. Prahasta, Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika, September 2002.

Tidak ada komentar: